Kamis, 01 Februari 2018

Wagub Maluku Buka Kegiatan Nasional IYC 2018


Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua, memukul tifa sebagai tanda dibukanya National Interfaith Youth Camp 2018 di kediamannya, di kawasan Karang Panjang, Kota Ambon, Provinsi Maluku.
Wakil Gubernur Provinsi Maluku, Zeth Sahuburua, secara resmi membuka kegiatan National Interfaith Youth Camp 2018, yang bakal berlangsung di Pantai Wisata Negeri Liang, Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Pembukaan yang ditandai dengan pemukulan tifa ini berlangsung di kediamannya, pada Kamis, 25 Januari 2018 malam.

    Dalam sambutannya, Wagub Maluku mengharapkan agar para peserta Nasional Interfaith Youth Camp Maluku 2018 yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia, agar kiranya setelah kegiatan ini, mereka dapat menjadi icon perdamaian kerukunan antar umat beragama di masing-masing daeerahnya.
    Acara pembukaan ini dirangkai dengan jamuan makan malam bersama dan berpose para peserta dengan Wagub Maluku, Zeth Sahuburua.
   
Berpose: Para peserta National IYC 2018 berpose dengan Wakil Gubernur Maluku, Zeth Sahuburua, usai acara pembukaan yang digelar di kediamannya. 
Wagub mengawali sambutannya dengan menyampaikan selamat datang kepada para peserta di Provinsi Maluku. Kata Wagub, Maluku telah aman, damai dan sejahtera, yang dibuktikan dengan adanya visi dan misi Pemprov Maluku untuk 25 tahun mendatang. "Mantapkan pembangunan Maluku yang aman, rukun, damai serta sejahtera." Bagi Wagub, kehadiran para peserta dari seluruh provinsi di Indonesia ke Maluku, menjadi lambang bahwa Maluku merupakan salah satu provinsi yang harus diperhitungkan dalam pembangunan bangsa ke depan. "Kenapa saya katakan begitu, karena pada saat Indonesia 17 Agustus 1945, maka pada tanggal 19 Agustus 1945 ditetapkan delapan provinsi, yang salah satunya adalah Maluku dengan Gubernur pertamanya, Mr Yohanes Latuharhary. Maka, Maluku termasuk salah satu provinsi yang ikut melahirkan Republik Indonesia," kisah Wagub.
    Selain menggambarkan kondisi geografis Maluku yang berciri kepulauan dengan sebelas kabupaten/kota, Wagub juga mempresentasikan jumlah penduduk Maluku 1,8 juta jiwa. Dikatakan Wagub, luas lautan di Maluku lebih besar dibanding daratan dengan presentasinya, untuk laut 92,4 persen dan sisanya daratan 7,6 persen. "Sehingga itu, kita sebut Maluku adalah wilayah kepulauan bersama-sama dengan tujuh provinsi lainnya di Indonesia, yang kini sedang memperjuangkan agar ada keputusan dari Pempus untuk ditetapkan dalam Undang-Undang." Logika Wagub, kalau Indonesia telah ditetapkan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, maka harusnya ada pula provinsi kepulauan di bangsa ini. Penting, kalau tidak, maka Maluku bersama provinsi kepulauan lainnya tidak diistimewakan oleh bangsa pemberlakuan anggaran berdasarkan kebijakan kontinental bukan kepulauan.
    Dalam kesempatan ini, Wagub Maluku juga mengisahkan perjalannya ketika menjadi ketua DPD KNPI Maluku. Sebagai orang yang pernah tergabung bersama pemuda-pemudi di Indonesia, Wagub merasa bangga dengan kehadiran perwakilan pemuda seluruh Indonesia di kediamannya. Menariknya, Wagub juga memberikan tips kepada seluruh undangan yang hadir dalam jamuan makan malam ini, bahwa seseorang yang dikatakan tua, bukan karena usianya, tapi seseorang dikatan tua apabila orang tua itu telah kehilangan idealisme. "Ety Sahuburua (sapaan akrab Zeth Sahuburua_red) tidak pernah kehilangan idealisme," guyon Wagub, sembari meminta kepada seluruh peserta yang terdiri dari para pemuda-pemudi agar tidak kehilangan idealismenya. "Kalau anak-anak muda kehilangan idealismenya, lebih baik mati dari pada hidup, karena tidak ada akal untuk itu," kesan Gubernur.
    Sementara Direktur Ambon Reconciliation Mediation Center (ARMC) IAIN Ambon, Dr. Abidin Wakano, dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan ini akan memberikan dampak yang luar biasa kepada masyarakat, terutama untuk kemajuan pembangunan di Maluku. Setidaknya, lewat kegiatan yang menghadirkan peserta dari seluruh Indonesia ini, mereka akan membawa pengalaman yang didapatkan di Maluku lalu dikisahkan di daerahnya. Kata Abidin, setelah penutupan pendaftaran, yang mendaftar untuk menjadi peserta mencapai tiga ribu orang lebih. Sayangnya, dari jumlah pendaftar tersebut, hanya diterima 120 sesuai kuota yang ditetapkan.
    Kegiatan Nasional Interfaith Youth Camp Maluku 2018 merupakan kerjasama antara ARMC IAIN Ambon dengan PPIM Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan berlatar 'Counter Violent Extremism', ini digelar di Pantai Wisata Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah dari tanggal 25 hingga 30 Januari. Beberapa agenda penting dalam kegiatan ini, menurut Abidin, seperti panas pela antar sekolah di Kota Ambon, Makan Patita, sharing pengalaman; musik sebagai instrumen rekonsiliasi sosial, kunjungan tematik, penanam pohon perdamaian atau pohon kehidupan.
    Sementara Direktur PPIM UIN Syahid, Prof. Dr. Jamhari, dalam sambutannya mengajak para peserta untuk menggunakan kesempatan sebagai peserta, karena mereka sudah terpilih dari proses seleksi ketat yang dilakukan oleh panitia. Di mana, dari total ribuan orang yang mendaftar, hanya 120 yang terpilih. Sehingga itu, harus benar-benar memanfaatkan kegiatan ini, dengan cara menyimak materi yang diterima, serta menimbah pengalaman sebanyak-banyaknya, yang selanjutnya pengalaman itu dibawah ke daerahnya masing-masing.
   
Direktur ARMC IAIN Ambon, sekaligus Koordinator National IYC 2018, Dr. Abidin Wakano, sedang memberikan arahan kepada para peserta National IYC 2018, dalam rangka persiapan acara pembukaan di kediaman Wagub Maluku.
Sedangkan, Wakil Rektor I Dr. Mohdar Yanlua, mewakili Rektor IAIN Ambon, Dr. Hasbollah Toisuta, dalam sambutannya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada pihak PPIM UIN Syahid, beserta pendonor yang sudah mempercayakan ARMC IAIN Ambon sebagai penyelenggara kegiatan. Spesialnya, bahwa kegiatan ini diadakan di Maluku, sehingga tentu akan membawa dampak positif bagi pembangunan dan sosialisasi daerah ini ke masyarakat luar Maluku. Jauh dari itu, Mohdar berharap, semua hal-hal positif yang diterima selama kegiatan, dapa diambil menjadi pengalaman, dan sebaliknya untuk hal-hal negatif, dapat ditanggalkan di Maluku, sebelum para peserta kembali ke daerah masing-masing. "Semoga kegiatan ini menjadi motivasi untuk kita semua ke depan," singkat Mohdar. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar