Senin, 04 Oktober 2010

Polres SBT "Mandul" -- Kematian Tragis di Wakate Didiamkan

***Korban Meninggal, Hamil 2 Bulan
***Jasadnya Ditemukan Satu Hari Sebelum Lebaran Id

DARI sekian data kriminal yang pernah diterima Radar Ambon, dalam kasus kriminal biasa, sampai tingkat pembunuhan di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), belum ada satupun yang tuntas diselesaikan oleh aparat Polres SBT. Tepat, Selasa, 7 September sebelum puncak Idul Fitri 1431 hijriah lalu, warga Desa Teor, Dusun Kilwouw, Kecamatan Wakate Seram Bagian Timur (SBT), dikagetkan dengan adanya kehilangan seorang ibu rumah tangga, Sariah Totroman (28). Hilangnya ibu rumah tangga yang dikabarkan sedang mengandung dua bulan ini, membuat seluruh warga Dusun Kilwouw fanik "takaruang". Setidaknya ini dibeberkan Tokoh Pemuda Wakate, Fransisco Alimuddin Kolatlena, setelah berada di Kota Ambon, Senin, 4 Oktober.

Secara sukarelawan, warga lalu menyusuri lereng gunung dan hutan untuk mencari keberadaan korban. Satu hari penuh warga mencari ke seluruh titik lokasi keberadaan korban di hutan, namun tidak membuahkan hasil. Warga yang tak pupus, terus berusaha menelusuri hutan yang sungguh menantang tersebut. Tepat, Kamis, 9 September, sekira Pukul 15.00 Wit, korban baru bisa ditemukan oleh suaminya sendiri pada salah satu kebun milik warga. Besar harapan suami korban, bisa jumpa dengan istri kesayangannya dalam keadaan sehat walafiat atau paling tidak masih hidup. Ternyata, harapan suami korban, Mustafa Tatroman (32), pupus setelah melihat jasad sang istri dalam keadaan "terlentang" di atas rerumputan tanpa bernyawa. Kondisi tubuh korban juga terlihat "sadis", karena baru ditemukan dua hari setelah dibunuh secara "sadis". Kendati baru dugaan, namun ada banyak hal yang bisa membuktikan, kalau kematian ibu rumah tangga, yang sementara mengandung dua bulan ini, akibat dibunuh.

Hal ini terbukti, pada pipi kanan korban terdapat luka robek bekas hantaman benda tajam, leher terdapat luka tusuk maupun membengkak hingga menimbulkan warna kebiruan, selayaknya dicekik. Selain itu, bola mata korban juga berubah posisi dari aslinya. Pada telapak kaki korban juga terdapat bekas luka tusukan, lengkap dengan kondisi pakaian yang dipakai terlihat sobek serta tidak karuan. Memang, kondisi pakaian korban bisa dimaklumi, karena jasadnya diduga meninggal dua hari sebelum ditemukan.

Dari hasil pencarian yang begitu melelahkan, warga kemudian melaporkan penemuan jasad ibu rumah tangga yang sudah dikaruniai enam orang anak ini, kepada Polsek Wakate di Kecamatan Kesui. Sembari sebagian warga berangkat ke Polsek Wakate di Kesui, sebagiannya lagi mendirikan "tenda", untuk mengawal jasad korban di lokasi kejadian. Jarak tempuh antara Polsek dengan lokasi kejadian, yang memakan waktu kurang lebih satu jam, yang ditempuh dengan "motor tempel", membuat kondisi ini semakin runyam. Pasalnya, sejak jasad korban ditemukan pada Pukul 15.00 Wit dan dilaporkan ke Polsek sekira Pukul 16.00 Wit, salah satu anggota Polsek Wakate, ditemani seorang mantri, bersama warga yang melaporkan kejadian ini, baru bisa tiba di lokasi penemuan jasad korban sekira Pukul 00.00 Wit dini hari. Patut dimaklumi, selain harus menyeberangi laut untuk menghubungkan dengan Polsek Wakate, lokasi penemuan jasad korban jauh dari pekampungan warga. Paling tidak, warga harus menguras tenaga dengan menempuh jarak ke lokasi penemuan jasad korban, kurang lebih 2 kilo meter, yang ditempuh dengan berjalan kaki. Sementara di lokasi kejadian, warga yang sedang mengawal keberadaan jasad ibu rumah tangga ini, terus menanti dengan harap-harap cemas. Suasana malam di hutan, membuat warga terus cemas. Pasalnya, pada pukul 00.00 Wit, satu anggota polisi dan mantri yang dijemput warga baru bisa tiba di lokasi kejadian. Kedatangan mereka, membuat kondisi semakin mencekam, karena selain berada di hutan, juga jasad korban semakin parah. Karena itu, jasad almarhuma lalu dihantar pulang oleh warga, yang sudah meratapi kondisi ini sejak siang tadi, dari lokasi kejadian menuju kediamannya di Dusun Kilwouw.

Sementara dari seberang negeri, terdengar sahutan suara takbir, tahmid dan tahlilan menyambut hari kemenangan Idul Fitri 1431
Hijriah, setelah melewati puasa satu bulan penuh. Suasana menikmati kemenangan lebaran pada siang nanti, serasa pupus dimakan musibah, yang ternyata baru pertama kali terjadi di negeri ini. Perjalanan warga yang sedari siang mengawasi jasad korban dari makhluk lain, sekira Pukul 02.30 Wit dini hari, tiba sudah di pekampuangan warga. Jasad istri Mustafa Tatroman(32) ini, lalu dihantar secara bersama dengan iringan tahmid dan tahlili, menuju kediamannya. Sementara di kediaman almarhuma, anak-anak dan sanak keluarganya, menanti dalam balutan tangis dan duka.

Setiba di rumah almarhuma, jasadnya lalu diistiratkan sejenak, kemudian dimandikan, dikafani, lalu semayamkan ke bumi sekira Pukul 04.00 Wit dini hari itu juga. "Kepergian almarhuma secara tragis ini, masih menyimpan duka dan tandanya begitu mendalam, baik dari keluarga maupun masyarakat di dusun ini," tutur Tokoh Pemuda Wakate mantan Fungsionaris HMI Cabang Ambon ini.

Alimuddin mengutarakan, kepergian almarhuma masih menyimpan sejuta tanya dari masyarakat setempat. Pasalnya, sejak kematian almarhuma, langsung dilaporkan kepada aparat kepolisian baik di Polsek Wakate, maupun Polsek Gorom. Laporan yang disampaikan langsung oleh keluarga korban kepada kepolisian ini, dengan harapan agar bisa diungkapkan, siapa dalang dibalik kematian ibu yang sudah dikarunia enam orang anak ini. Sayang sekali, dalam penantian, ternyata kepolisian hanya diam "adem". Pasalnya, sejak laporan sampai di Kantor Polsek Wakate tiga hari setelah penemuan jasad almarhuma, tidak ada balasan balik. Bagaimana bisa, saat dilaporkan, Kapolsek Wakate justru sedang di luar daerah.

Alhasil, salah satu anggota Polsek Wakate, lalu mengambil inisiatif, untuk menemani keluarga korban, agar laporan ditindaklanjuti ke Kantor Polsek Gorom pada hari yang sama. Ternyata, setelah laporan ini sampai di Kantor Polsek Gorom, hasilnya justru sama membosankan. Karena sejak laporan ini tiba, kasusnya tidak ditindaklanjuti oleh Polsek Gorom, dengan alasan tidak ada dana operasional ke lokasi kejadian di Teor.

Ali, sapaan pendeknya, membeberkan, karena dirasa tidak ada hasil setelah menunggu lama atas laporan yang sudah disampaikan ke Kantor Polsek Gorom, laporan ini kemudian dilanjutkan ke Kantor Polres Seram Bagian Timur (SBT) di Kota Bula. Paling tidak, dengan melaporkan kejadian ini di Kantor Polres SBT, kasusnya bisa segera diungkapkan. Ternyata, apa yang dikhawatirkan keluarga benar terjadi. Waktu sudah lewat dari masa laporan, yang disampaikan sejak sejak tanggal 22 September lalu, di Kantor Polres SBT. Hingga pekan ini, kasus kematian tragis di sebuah kebun ini, juga belum diungkapkan. Kalau harus dihitung, banyak sudah kasus kriminal yang mengenap dengan subur di Polres SBT. Dari sekian kasus itu, belum ada satupun yang bisa diselesaikan, terakhir, adanya kematian tragis yang dialami ibu rumah tangga asal Dusun Kilwouw, Kecamatan Wakate.

Mantan Presiden Mahasiswa IAIN Ambon ini, berharap, agar kepolisian SBT dapat segera memperjelas asal-muasal kematian almarhuma. Pasalnya, kematian almarhuma secara tidak wajar ini, telah menimbulkan kekalauan di lingkungan masyarakat. "Akibat pembunuhan ini, menyebabkan warga saling curiga. Untuk itulah, warga berharap kepada pihak polisi agar segera mengungkap kasus ini, sebelum ada korban balas dendam, atas kematian tragis ini. Bukan untuk profokasi, tapi ini kondisi riil, bahwa kepolisian di SBT sangat tidak profesional." Dirinya meminta kepada Kapolda Maluku, agar bisa terlibat langsung, dengan menginteruksikan kepada Kapolres SBT, AKBP Hasanuddin Mukaddar, untuk segera mengukapkan kasus ini. Pasalnya, semua masyarakat menanti kepastian dari lembaga kepolisian dalam mengungkap ada apa dan seperti apa kematian almarhuma. Kalaupun kematian almarhuma karena ada unsur kesengajaan, maka harus segera diungkapkan. Bila tidak, kasus ini akan segera dilaporkan ke Polda Maluku, sebagai bukti, bahwa Polres SBT tidak becus dalam melayani masyarakat. (***)