Jumat, 02 Februari 2018

Gubernur Ajak Peserta National IYC 2018 Suburkan Perdamaian

Gubernur Maluku, Said Assagaff, saat memberikan sambutan pada acara Panas Pela antara SMP Negeri 9 Kota Ambon dengan SMP Negeri 4 Salahutu, di SMP Negeri 9 Kota Ambon, Lateri.


Gubernur Provinsi Maluku, Said Assagaff, mengajak seluruh peserta National Interfaith Youth Camp 2018, untuk terus menyuburkan pesan-pesan perdamaian di seluruh Indonesia. Hal ini penting, karena Indonesia merupakan negara yang memiliki keaneragaman budaya, suku, ras, dan agama. Kiranya kalau dipelihara dengan baik, maka semua itu akan menjadi penopang utama laju pembangunan di negara berciri archipelago ini. Hal ini disampaikan Gubernur Maluku, Said Assagaff, ketika memberikan sambutan pada kegiatan Panas Pela Pendidikan antara SMP Negeri 9 Kota Ambon dengan SMP Negeri 4 Salahutu, yang berlangsung di SMP Negeri 9 Kota Ambon Lateri.

    Panas Pela Pendidikan ini disaksikan oleh seluruh peserta National Interfaith Youth Camp 2018 yang merupakan perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia. National Interfaith Youth Camp 2018 diadakan di Pantai Wisata Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, dari tanggal, 25-30 Januari 2018.
    Gubernur meminta seluruh peserta dan masyarakat Maluku umumnya, agar terus menanamkan nilai-nilai perdamaian dalam hati sanubarinya. Menebarkan cinta kasih pada lingkungan masing-masing. "Atas nama Pemerintah Provinsi Maluku, beta (saya_red) mengucapkan selamat datang kepada adik-adik peserta National Interfaith Youth Camp 2018 di Kota Ambon Manise. Dalam semangat hidup orang basudara, kami menyambut dengan gembira kehadiran saudara-saudari di bumi raja-raja ini." Gubernur menyebutkan, di Maluku ada lebih dari 400 raja. Karena itu, disebut bumi raja-raja. "Jazirah al-Mulk." Makna manise, kata Gubernur, bukan hanya menggambarkan manisnya paras dan suara orang-orang Ambon, tapi menggambarkan tentang manisnya persahabatan dan persaudaraan semua orang di bumi Maluku.
   
Panas Pela antara SMP Negeri 9 Kota Ambon dengan SMP Negeri 4 Salahutu, yang berlangsung di SMP Negeri Kota Ambon, Lateri. Kegiatan ini disaksikan langsung oleh para peserta National IYC 2018 dari seluruh Indonesia.
Selain sebagai daerah kepulauan terbesar di Indonesia, Maluku juga merupakan daerah multikultural. "Karena itu, tahun ini kami akan membangun perkampungan multi etnis. Perkampungan multikultural. Perkampungan ini akan dihuni oleh seluruh masyarakat lintas agama." Di kampung tersebut, kata Gubernur, akan dibangun seluruh tempat ibadah dari semua agama yang ada di Indonesia. "Itu baru dibilang generasi zaman now. Generasi zaman now tidak boleh berkelahi. Itu kampungan." Dari sejarahnya, Maluku merupakan provinsi rempah-rempah yang tidak hanya dikenal di Indonesia tapi seluruh dunia. Rempah-rempah itu berupa pala dan cengkih. Maluku menjadi tempat perjumpaan berbagai peradaban di dunia. "Serta terbangun jalinan nusantara," kisah Gubernur.
   
Peserta National IYC 2018 tampak bergembira usai mengikuti proses Panas Pela antara SMP Negeri 9 Kota Ambon dengan SMP Negeri 4 Salahutu, di SMP Negeri 9 Kota Ambon.
Misalnya, kata Gubernur, selain menjadi wilayah konstentasi berbagai kepentingan dagang dan politik dunia, terutama Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, Jepang, Arab, Cina dan India, maka kondisi menjadikan Maluku sebagai masyarakat yang sangat multikultural. "Kami di sini memiliki lebih 100 sub-sub suku, dan sub etnis. Ada 117 bahasa dan dialeg di Maluku. Selain enam agama resmi dan agama-agama suku." Hal ini, dapat dilihat dari banyaknya marga atau fam-fam di daerah ini. "Selain ada ratusan marga atau fam lokal, antara lain, marga Patty, Pattikawa, Patiasina, Pattinasarani, Hehanussa, Sahenaya, Sahilatua, dan sebagainya." Terdapat pula ratusan marga yang merupakan akulturasi dengan budaya luar Maluku. Misalnya ada yang menggunakan marga Lee, Koo, Padang, Palembang, Assagaff, Al-Idrus, hingga Da Costa, De Lima dan De Fretes. Bagi Gubernur, Maluku merupakan provinsi yang mencirikan kebudayaan Indonesia pada umumnya. Sebab itu, tak salah memiliki Maluku sebagai lokasi kegiatan National Interfaith Youth Camp 2018, yang karena selain Maluku pernah dilanda konflik horisontal 1999, Maluku juga mampu bangkit hingga saat ini, lewat historis kebudayaan dan keberagamannya. "Pada kesempatan ini, saya ingin sampaikan kepada adik-adikku dari seluruh Indonesia, tolong sampaikan hubungan persudaraan yang sudah terbangun di Maluku. Perdamaian di Maluku kiranya dapat menjadi contoh untuk perdamaian dunia pada umumnya," pesan Gubernur. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar