Selasa, 11 Januari 2011

Pecah Tahun dalam Pertemuan

Catatan Merah Seorang Gadis

KISAH ini bukan fiktif, melainkan fakta yang saya kemas dari kisah nyata sahabat kecilku. Pagi itu saya berjalan menelusuri lorong-lorong kota untuk mencari jejak sumber informasi keberadaan sahabat kecilku. Usaha untuk mencari sahabatku itu datang, ketika saya mendapatkan kabar, kalau sahabat kecilku sekarang berada di Kota Ambon. Saya masih ingat, perpisahan kami akibat terjadinya konflik horisontal sepuluh tahun silam, yang melanda negeri raja-raja ini.

Oleh : SY

Maluku memang dikenal sebagai satu negeri yang indah nun ramah di Indonesia sebelum konflik. Karena rata-rata penduduk di negeri ini, menganut faham raja-raja yang membuat mereka hidup dalam kesopanan yang tak bisa dibandingkan dengan nilai rupiah. Hanya saja, budaya dan adat istiadat yang sudah ditanamkan oleh para leluhur di negeri ini, kemudian dikikis oleh arus waktu, termasuk akibat pengaruh dari konflik yang pernah merusak negeri ini.

Kunci tahun 2010, dan membuka gembok tahun 2011 merupakan awal dari pertemuan kami, akibat perpisahan yang tidak direncakan sepuluh tahun silam. Kalau diingat, kami berpisah saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (sekarang SMU). Perpisahan dan pertemuan hanya benang merah yang menuai arti dalam makna hakekat Sang Khalik di ufuk waktu. Begitulah pertemuan kami beberapa waktu lalu. Tak ada rencana, pertemuan itu datang seiring pergantian tahun 2010 ke 2011. Pertemuan itupun rasanya berbeda dibandingkan saat masih bersama di bangku sekolah. Itu jelas terlihat dari kedua raut wajah kami yang sudah tampak keibuan. Benar, karena saya dan sahabatku, sama-sama sudah menjadi seorang ibu, yang juga sudah dikarunia seorang anak.

Tantangan kehidupan kemudian membawa aroma nokta lika-liku hidup kami, untuk menjadi seorang pemimpin, layaknya kaum perempuan yang sudah berjuang untuk sebuah keadilan sejati, untuk menjauh dari kehidupan patriarki. Begitulah jalan yang kami pilih, yakni menjadi single parents. Secara sadar, kami sama-sama mengakui kalau kehidupan tanpa suami akan lebih berat, namun di sisi lain, kami tak menghendaki adanya sebuah kehidupan dalam tekanan jiwa. Tak ada satu manusiapun yang ingin hidup di bawah tekanan dan penyiksaan. Begitulah harapan dan doa kami setelah menikah, yang kemudian meminta kami untuk menjadi wanita karier. "Aku dikaruinai seorang putri, sedangkan sahabatku dikaruniai seorang putra dan seorang putri". Bila dikenang, perpisahan itu tepat di usia kami 17 tahun, dan beranjak usia 28 tahun, tanpa rencana, Tuhan mempertemukan kami di persimpangan Kota Ambon.

AKU menengok jam di hanphoneku, tepat Pukul, 20.31 WIT. Pikiranku mulai meneropong arus waktu, yang terus mengalir seiring cahaya lampu dan bising kendaraan di Kota Ambon. Aku sementara berjalan lintas di atas Jl AY Patty, dengan tujuan ke lapangan Merdeka Kota Ambon. Teropong waktu dalam alam fikirku, serasa mulai membawaku ke dalam hanyutan pergantian tahun. Hanya tinggal menghitung menit, tahun 2010 akan berganti angka menjadi 2011. "Clara ! Benar kamu Clara kan," sahutan suara yang rasanya tidak asing aku dengar ketika masih remaja. "Clara. Benarkah ini kamu. Saya rasanya tidak percaya, kalau ini kamu Virgin". Aku berusaha menyahut sapaan seorang ibu misterius, di puncak pecah tahun 2011.

Jauh di dalam firasatku, kalau orang yang aku sapa adalah Virgin. Dialah yang sudah menyebut namaku baru beberapa menit lalu. Benar adanya. Kitapun berpelukan, layaknya dua sahabat yang baru ketemu. Kendati dalam rasa heran yang tak tertahankan, kami tetap saling memeluk, berusaha untuk menghilangkan kekakuan yang terbangun di awal perjumpaan, pasca perpisahan sepuluh tahun silam.

Sesaat setelah kami berpelukan, suasana mulai mencair, dibalut keramaian Kota Ambon di sekitar Jl AY Patty menelang puncak tahun baru 2011. Kamipun saling pandang, karena tubuh kami yang sudah berubah dibandingkan ketika masih duduk di bangku SMU. Maklum, saat ini baik saya maupun Virgin, sama-sama seorang ibu. Seorang ibu yang tak hentinya berjuang untuk bisa menghiasai kehidupan si buah hatinya. Seorang ibu yang hidupnya dijera oleh suaminya sendiri.

Aku mulai membuka cerita, yang sedari awal, cerita ini sudah kupendam sepuluh tahun silam. Mengawali ceritaku, Virgin lalu memotong. "Kamu sekarang kerja apa?" "Aku seorang wartawati", jawabku. Mendengar pekerjaanku sebagai wartawati, Virgin langsung terkejut, dan menatapku dengan penuh rasa penasaran. Agar kami tidak kembali diam dan fakum sedari awal, akupun mulai mengingat masa lalu, ketika masih di bangku sekolah. Kalau harus diingat, Virgin adalah seorang gadis cantik, boleh dibilang begitu. "Virgin dilahirkan dengan anugerahi wajah yang sangat cantik nun rupawan. Bibirnya ranum, rambut hitam bak bidadari, mata yang sayu, membuat siapa saja yang menatapnya akan terpaku. Hm… apa lagi bodynya yang tinggi semampai," kesanku dalam alam fikir. Jauh dibalik wajah dan tubuhnya yang cantik itu, ternyata derita melalangbuana dalam hidupnya. Rasanya hidup tak berarti bagi sahabatku, Virgin, dikala masih gadis. Berat adanya, kalau kecantikan tubuh Virgin, menutup rahasia apa yang diderita puluhan tahun. Derita yang tak pernah bisa ia ungkapkan kepada siapapun, kecuali nalurinya untuk bisa berteriak, namun hampa adanya.

Aku mulai menatap hentakan bibir Virgin. Terasa sekali, kalau sahabatku (Vergin) sedang memikul beban berat, yang tidak bisa ia pikul sendiri. Tapi apa daya. "Lautan bisa ditebak, isi hati tak bisa diungkap". Begitulah pribahasa para syair Mesir. "Virgin, kamu kenapa?" Aku berusaha untuk menyatukan alamnya Virgin dengan alamku, agar pertemuan ini tidak sia-sia. Aku terkejut, ketika Virgin tiba-tiba memelukku dengan matanya yang memerah. Tak terasa, gelingan air mata Virgin, membasahi tubuhku. Hangatnya tubuh Virgin, saat kami berpelukan pertama, mulai berubah menjadi dingin. Jauh di dalam fikiranku, kalau Virgin pasti mengalami derita yang tak bisa dipendamnya. "Kenapa Tuhan menciptakan aku ke dunia. Kenapa aku dianugerahi wajah dan tubuh yang cantik ini, Clara. Kenapa semua ini menimpa aku. Clara, siapakah yang bisa menanggung semua derita yang kurasakan. Dan kepada siapa aku harus berbagi ceritaku, Clara. Rasanya, alampun tak percaya dengan derita yang aku rasakan Clara", isak tangis Virgin mulai mengawali kisah hidup yang dideritanya semasa duduk di bangku SD. Walau malu yang dirasakannya, tapi serasa tak berdosa bila Virgin ingin berbagi beban kisahnya, yang sudah mendera hidupnya puluhan tahun. Kisah yang sesungguhnya, hanya Tuhan dan para Malaikat yang bisa mengampuni perbuatan laku.

Sepuluh tahun silam, menjadi saksi dari segala perbuatan seorang anak Adam yang dirasuk setan. Itulah dia yang sudah menjadikan Virgin sebagai budak pemuas nafsu bejatnya, dikala darah putih sudah melumuri otak seorang manusia. Aku terpaku, saat mendengar pernyataan Virgin. Dengan nada tertati-tati, Virgin memulai cerita kisah hidupnya.

Sabtu, 13 November 1993, sekira Pukul, 13.30 WIT. Itulah waktu yang tak bisa dilupan oleh Virgin. Waktu dimana masa keremajaan dan kegadisannya direnggut oleh sang ayah kandung sendiri Andromeda. 10 tahun tepat usia Virgin kala itu dan masih tercatat sebagai siswa SD. Siang itu, Virgin baru pulang dari sekolahnya. Virgin mempunyai seorang adik, yang kerap disapa Vincent. Sepulang sekolah dan tiba di rumah, Virgin melihat adiknya sedang bermain di luar rumah bersama teman-temannya.

Melihat adiknya yang sedang asyik bermain di pekarangan rumah, Virgin lalu, bergegas dan masuk ke dalam rumah. Saat masuk, Virgin menyaksikan ayahnya, sebut saja Andromeda. Karena tidak punya kerjaan, Andromeda, ayah Virgin hanya bisa berada di rumah seharian. Nasib Andromeda memang beruntung. Kendati tak punya pekerjaan, ia masih bisa merasakan kenikmatan hidup tanpa susahpayah, karena istrinya seorang Pegawai Bank Swasta, di salah satu kota besar di Kawasan Indonesia Timur.

***Walau Janda, Masih Dikejar Sang Ayah

INDUK seekor 'Harimau', tak mungkin menyantap anaknya, meski dalam kelaparan. Ungkapan ini terbalik dengan apa yang dialami Virgin. Walau sebenarnya Andromeda bukan seekor hewan. Tapi tak salah, bila Andormeda diibaratkan seekor hewan. Karena Virgin yang adalah darahnya sendiri, bisa dijadikan sebagai pelampias nafsu kebinatangannya. Bagaimana tidak, anak kandungnya sendiri, bisa dijadikan sebagai wanita pelayan seks. Virgin kecil, harus menjadi pelayan seks bagi Andromeda, dikalah nafsu setannya sudah memuncak.

Sabtu kelam itu terus diingat oleh Virgin. Karena, di hari Sabtu itulah, Virgin kehilangan mahkotanya, yang sejati akan dipersembahkan oleh siapa suaminya kelak. Rasanya pusaran jarum jam dinding tak lagi berputar, ketika Virgin masuk ke dalam rumahnya. Hanya tinggal ia (Virgin) bersama ayahnya (Andromeda) siang itu. Adiknya yang asyik bermain di pekarangan rumah bersama teman-temannyapun tak begitu peduli untuk masuk ke dalam rumah. Virgin sudah berada di dalam rumah. Tak disangka, kepulangan Virgin dari sekolah di siang itu, akan justru menjadi tetamu seks bagi ayah kandungnya sendiri.

Tubuhnya yang mungil, karena baru beranjak dewasa, memudahkan sang ayah (Andromeda) untuk bisa berbuat apa saja kepada dirinya. Selaku anak, Virgin menyadari panggilan seorang ayah, kendati sebenarnya Virgin sedang kecapean karena baru pulang dari sekolah. Melihat Virgin masuk ke dalam rumah, Andromeda, lalu memanggil Virgin. Tak disangka, panggilan sang ayah, mengandung arti yang justru tak bisa ditebak oleh Virgin, yang saat itu masih memakai seragam SD. Panggilan itulah, yang kemudian mengakhiri masa kegadisan Virgin, selaku perempuan yang baru beranjak dewasa. Melihat anaknya yang sudah menyahut panggilannya, Andromeda, lalu menggiring sang anak ke dalam kamar keluarga. Kamar dimana yang menjadi saksi pertemuan antara Andromeda, bersama istrinya Mariana (nama samaran). Di kamar inilah, Andromeda, ayah kandung Virgin memuaskan nafsu bejatnya. Bukan dengan sang istri, melainkan dengan anak kandungnya sendiri. Anak kandung, yang di dalam darahnya, mengalir darah Andromeda dan Mariana.

Sungguh tak manusiawi. Virgin kecil tak mampu berbuat banyak kecuali pasrah tubuhnya dinikmati Andromeda (sang ayah). Agar Virgin tetap tunduk melayani nafsu bejat sang ayah (Andromeda), mulut Virgin dibalut dengan lakban (lem), kedua kaki dan tangannya diikat secara terbuka pada bagian kiri dan kanan tempat tidur. Kendati mulut, tangan dan kaki Virgin sudah diikat, Andromeda (sang ayah) masih tetap berusaha untuk bisa menyantap tubuh anak gadisnya yang mungil tanpa gangguan, dengan cara menodongkan sebila pisau ke lehernya.


Anak Kandung Dijadikan Pemuas Nafsu

TANPA belas kasihan, Andromeda lalu menjalankan niat busuknya. Laksana perampok, dengan wajah bringas, Andromeda yang tak lagi mengenakan sehelai pakaian itu, lalu melucuti celana dalam anaknya (Virgin). Usai melucuti celana dalam Virgin, tanpa fikir derita yang akan dirasakan Virgin, Andromeda lalu memasukan parasnya ke dalam lahak Virgin, berkali-kali. Melihat darah segar yang merupakan darah perawan putrinya keluar, tetetsan air mata bening yang jatuh dari pelupuk mata dan membasahi pipi montok Virgin. Anak yang dibuahi oleh spermanya sendiri, tumbuh dan berkembang menjadi janin yang hidup. Kemudian setelah sembilan bulan, janin itu tumbah dan besar di dalam kandungan sang istri, lalu dilahirkan ke dunia fana yang penuh kemunafikan ini, tidak membuat seorang Andromeda merasa menyesal. Aksi bejatnya itu terus dilakukan hingga akhirnya, Andromeda menyemprotkan cairan kepuasannya ke dalam lahak putri kandungnya.

Setelah puas menikmati tubuh anaknya, Andromeda baru bisa melepaskan ikatan yang sudah dirancangnya sendiri dari tubuh Virgin. Usai itu, Andromeda lalu memerintahkan Virgin untuk merapikan tubuhnya, disertai dengan kata-kata jimat, kepada sang anak. Agar perbuatan bejat Andromeda tidak tercium, kata-kata ancaman kepada Virginpun diciptakan oleh Andromeda. Sehari sudah terlewatkan. Nafsu kebinatangan Andromeda kembali memuncak, ketika terus melihat anaknya pulang dari sekolah, atau ketika suasana rumah dalam keadaan sepi. Merasa perbuatannya tidak tercium oleh orang lain, termasuk sang istri, Andromeda terus menjadikan anaknya sebagai pemuas nafsu bejatnya, hingga Virgin menamatkan studi di bangku SMU.

Karena tak tahan sanggup lagi memikul beban deritanya, Virgin lalu menceritakan apa yang sudah dialaminya sejak masih berseragam merah putih. Naasnya, keterbukaan Virgin kepada ibundanya Mariana, justru berbuah empedu. Bahkan, dengan cara yang halus, Virgin berusaha mengisahkan apa yang sudah dialaminya kepada sang ibunda. "Saya bersujud meminta maaf, dengan cara memeluk kedua kaki ibunda tercintaku, untuk membuka tabir perbuatan biadab ayah kandung saya". Tapi tetap buah empedu yang diterima Virgin dari ibunda Mariana. Mariana sama sekali tidak percaya dengan apa yang sudah disampaikan Virgin.

Sadisnya, Mariana justru mencibir dan menuding anak gadisnya yang selama bertahun-tahun dijadikan sebagai pelampias nafsu bejat suaminya. Derita yang ditanggung Virgin tak pernah usai. Merasa tak ada ruang dalam kehidupannya, ketika berada di rumahnya sendiri, Virgin, yang baru menamatkan SMU, langsung memutuskan untuk menikah dengan seorang pria, yang baru dikenalnya kurang lebih satu bulan. Hanya saja, pernihakan yang baru berumur jagung itu
juga berakhir naas. Usai menikah, ternyata suami Virgin memiliki wanita idaman lain (WIL), yang justru berakhir dengan perpisahan. Padahal, niat Virgin menikah selain bentuk ibadah, sekaligus untuk bisa menjauhi perbuatan bejat ayahnya.

Virgin yang hidupnya dirusak oleh ayah kandungnya sendiri itu, ternyata tetap tegar. Sebagai buktinya, ia masih bisa hidup tanpa seorang ibu dan ayah, ataupun suami. Kendati hidupnya tak lagi bersama sang suami, Virgin tetap tegar karena sudah memiliki pekerjaan tetap, yang setiap bulan pendapatannya cukup untuk mengidupi ia dan kedua buah hatinya.

Ternyata, sang ayah kandung Virgin, Andromeda, yang mengetahui Virgin telah ditinggal suaminya, justru tidak menimbulkan rasa iba, tapi malahan Andromeda kembali berusaha untuk menyantap tubuh si janda muda, yang sudah dikarunia dua anak itu. Memang benar, bukan Andromeda namanya, kalau tidak bejat dalam laku hidupnya. Sampai-sampai, si buah hatinya harus menjadi korban pelampiasan nafsu bejatnya bertahun-tahun. Beruntunglah, berbagai usaha Andromeda untuk kembali menikmati tubuh sang anak, tak pernah sampai karena tidak ada waktu luang. Laksana seekor harimau melihat mangsanya ketika sedang lapar. Begitulah yang terjadi dengan Andromea, ketika melihat anakna Virgin. Berbagai alasan diciptakan Andromeda, dengan harapan ada ruang untuk dirinya kembali menikmati tubuh anaknya. Karena sering gagal menjalankan niat busuknya, Andromeda kerap memarahi Virgin tanpa alasan yang jelas. Begitulah, ketika nafsu bejat tak tersampaikan dari peniat.

Pertemuan Clara dengan Virgin adalah awal dari kisah ini terungkap ke publik, dengan harapan, apa yang sudah dialami Virgin, bisa ditangani secara hukum, adil dan tidak kembali menjurumuskan Virgin selaku korban kebiadaban sang ayah kandung. Pecah tahun 2010, dan awal tahun 2011, merupakan aurah kasih yang kini dinantikan oleh Virgin. Rasanya tak ada keadilan di bumi ini, ketika Virgin memulai cerita kisah hidupnya kepada Clara. Rasa sakit yang diderita Virgin selama 10 tahun lebih, terasa menusuk sampai ke sum-sum tulang raga Clara. Tak hanya Virgin, Clara tak henti-hentinya mencucurkan air mata, ketika mendengar kisah Virgin. Clara lalu merangkul dan memeluk tubuh Virgin yang gemetar karena terlalu banyak mencucurkan air mata, dan berusaha untuk menenangkannya. “Kamu harus kuat sayang, ada kedua buah hati kecilmu yang akan selalu memberimu kekuatan, senyuman. Dan yang paling penting ada Tuhan yang selalu memberikan ampunan dan kekuatan menjalani hidup ini,” bujuk Clara sambil membelai kedua rambut Virgin.

Kisah Virgin ini merupakan sebagian kecil dari kisah-kisah kelabu para perempuan di Indonesia, bahkan di dunia. Virgin masilah beruntung, karena dari pemerkosaan tersebut tidak sampai membuahkan hasil. Bahkan Virgin sempat menikah, namun dengan alasan yang sangat kuat lebih memilih bercerai dari suaminya. Kini Virgin sementara merajut kasih dengan seorang putra TNI. Aku harap, kisah-kasih mereka berdua bisa terjalin dan bermuara pada satu ikatan suci pernihakan sampai ajal memisahkan mereka. Aku akan selalu ada untukmu sahabtku, meski nanti kita harus berpisah, karena engkau kembali mengabdi sebagai abdi negara pada institusimu, tetapi persahabatan kita tidak akan putus. Kita akan saling menguatkan di dalam doa-doa yang diucapkan kala senja tiba. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar