Sabtu, 17 April 2010

BUNGA RAMPAI KRITIK

"Kritik Pertanda Ada Yang Masih Peduli"

''Apakah pernah kita membayangkan akan dikritik bila tampil dengan buruk, apakah kita pernah bayangkan dihujat bila berbuat salah di atas podium, apakah kita yang duduk sebagai penonton, pernah menerima kalau sebenarnya ia yang dikritik lebih baik dari diri kita".

Mungkin inilah penggalan kecil nokhta hidup yang terus menempel pada jati diri manusia, yang disebut sebagai insan khamil. Tak heran, hidup ini penuh dengan duri, yang tak nyata, dan setiap saat ia menusuk sesama.

Aku pernah mendengar wejangan petuah di kampung halamanku, bila anda ingin sukses, maka pakailah sepatu, bila anda sudah memakai sepatu, maka jangan pernah merasa iri dengan perbedaan sepatu anda, karena sepatu berbeda, tapi nilainya sama, untuk menutupi kaki dan diinjak. Kodrat sepatu, tak membutuhkan harga, bernilai dan bermerek, karena sepatu diletakan pada kaki, dan diinjak-injak layaknya kotoran sampah.

Lalu, aku berfikir, ketika hidup ini hanya diwarnai dengan karakter manusia yang serba berbeda. Namanya memang mahkluk manusia, tapi sayang, sifat tak ada yang sama.

Dalam kitab Tafsir Ego, yang ditulis oleh Iqbal Saif Khan, bahwa hidupnya tak pernah sempurna, bila anda tak bisa menerima kritikan orang, dan sebaliknya anda hanya mengkritisi orang, sementara fungsi otak anda tak dipakai untuk mengkritisi dirimu sendiri, yang murah nilainya, dan tak menyinggungkan orang lain.

Bila anda berniat menegur orang, karena diri anda adalah "big bos" maka yang perlu dimulai, anda harus mampu mengkritisi diri anda. Dimana letak kekurangan dan kelebihan dalam diri saya? Bagaimana pendapat orang tentang diri saya? Cermin diri pribadi ini, harus dikuasai sebelum menegur bawahannya. Karena, dengan mengetahui kekurangan diri kita, maka kekurangan orang lain, dapat kita fahami. Bila mana, dalam sebuah komunitas, kita saling memahami kekurangan dan profesi kita, maka tak ada hidup yang rumit. "Yang rumit itu, tak ingin memahami dan mengaku tahu, walau sebenarnya tidak tahu."

Menurut Anne Ahira, Asian Brain, CEO, kritik merupakan kue. Bahkan Anne dalam tulisannya yang dikirimkan kepada penulis. "Anda tidak berhak dipuji kalau tidak bisa menerima kritikan." Tulis Anne, dari keterangan Halle Berry, 2005.

Anne menyebutkan, "Anda tidak berhak dipuji kalau tidak bisa menerima kritikan," merupakan kalimat dahsyat yang disampaikan Halle Berry, artis peraih Oscar melalui film James Bond 'Die Another Day' di tahun 2004 ketika mendapat piala Razzie Award.

Razzie Award adalah penghargaan yang diberikan kepada mereka yang dinilai aktingnya buruk. Label pemain terburuk ini didapatkan Halle setelah memainkan perannya di film 'Cat Woman'. Ia adalah orang yang pertama kali langsung datang ke tempat pemberian penghargaan tersebut. Tidak ada Aktor dan Artis lain sebelumnya yang sanggup datang dan hanya menyampaikan pesannya melalui video.

Sambutannya sungguh menarik. "Saya menerima penghargaan ini dengan tulus. Saya menganggap ini sebagai kritik bagi saya untuk tampil lebih baik di film-film saya berikutnya. Saya masih ingat pesan ibu saya bahwa... 'Kamu tidak berhak dipuji kalau kamu tidak bisa menerima kritikan'."

Anne menuliskan, saat itu sontak, tepukan tangan sambil berdiri sebagai bentuk ketakjuban dari para hadirin sangat memeriahkan malam itu. Ya, sangat sedikit orang yang sanggup menerima kritikan seperti Halle. Bagi anda, apa arti kritik. Apakah itu musibah buruk? Seperti bencana yang tidak terduga, atau... simbol kehancuran diri? Adakah yang bisa menganggap kritik layaknya ia menerima pujian? Kritik memiliki banyak bentuk...
Kritik bisa berupa nasehat, obrolan, sindiran, guyonan, hingga cacian pedas. Wajar saja jika setiap orang tidak suka akan kritik. Lain halnya dengan mendiang ayah angkat saya. Menurut dia, kritik atau cacian merupakan obat dari semua penyakit, bila anda yang dikritik bisa menerima dan mendengarnya dengan baik. Bahkan kata dia, membiarkan diri anda dikritik, akan membuat anda sehat, dan orang yang mengkritisi akan terbalik menjadi sakit. "Orang yang keluarkan cacian kepadamu, bukan terlampiaskan amarahnya, tapi ia sendiri yang telah mencaci dirinya, laksana cacing diberikan kapur," sebut mendiang ayah angkatku.


Bagaimanapun, akan lebih menyenangkan jika kita berlaku dan tampil sempurna,
memuaskan semua orang dan mendapatkan pujian. Karena semua mahluk di muka bumi ini, hanya ingin mendapatkan pujian, dan tak ada yang bisa menerima kritik, kecuali dia mampu memaknai tiap bahasa dalam lisan.

Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa aman dari kritik? Tokh kita hanyalah manusia dengan segala keterbatasannya. Dan nyatanya, di dunia ini lebih banyak orang yang suka mengkritik, daripada dikritik, yucp.

Bila anda suka sepak bola, pasti sering mengamati para komentator dalam mengeluarkan pernyataan pedasnya. Padahal belum tentu kepandaian mereka dalam mengkritik orang lain sebanding dengan kemampuannya jika disuruh memainkan bola sendiri di lapangan.

Belum lagi para pakar dan pengamat politik, ekonomi, maupun sosial. Mereka ramai-ramai berkomentar kepada publik, seolah pernyataan merekalah yang paling benar. Namun bukan itu permasalahannya! Pertanyaannya sekarang adalah... seandainya anda mendapatkan kritikan, yang sakitnya melebihi tamparan, apa yang harus anda lakukan?

Jawabannya adalah...Nikmatilah setiap kritikan layaknya kue kegemaran kita! Mungkinkah? Mengapa tidak! Kita mempunyai wewenang penuh untuk mengontrol perasaan kita. Benar kata Alquran, bagi umat Islam. "Jangan sampai apa yang menurutmu itu benar, salah adanya. Dan jangan sampai apa yang menurutmu itu salah, benar adanya."

Penulis ingin berbagi dengan kawan-kawan pembaca, bagaimana menghadapi kritik, agar laju pembangunan di semua tempat, dapat kita bangun dengan paradigma prularisme. Yakin, orang Maluku adalah, orang yang meletakkan malunya sebelum melangkah maupun mengawali bahasannya. Karena malu, dalam bahasa lisan, adalah akhlak baik. Jadi, orang yang tak mampu menjaga malunya, laksana hewan yang tak berakal.

Maka untuk mengubahnya, kita harus mengubah paradigma terhadap kritik. Tidak sedikit orang yang jatuh hanya gara-gara kritik, meski tidak semua kritik itu benar dan perlu ditanggapi. Padahal, kritik menunjukkan adanya yang *masih peduli* kepada kita. Tergantung kita memaknai kritik, apakah sebagai saran, atau batu loncatan untuk berjalan pada rel yang benar.

Coba perhatikan perusahaan-perusahaan besar yang harus mengirimkan berbagai survey untuk mengetahui kelemahannya. Bayangkan jika kita harus melakukan hal yang sama, mengeluarkan banyak uang hanya untuk mengetahui kekurangan.

Kritik merupakan kesempatan untuk koreksi diri. Tentu saja akan menyenangkan jika mengetahui secara langsung kekurangan kita, daripada sekedar menerima dampaknya, seperti dikucilkan misalnya. Cari tahu sudut pandang si pengkritik. Tidak ada salahnya mencari tahu detil kritik yang disampaikan. Anda bisa belajar dari mereka dan melakukan koreksi terhadap diri anda. Bisa jadi kritik yang disampaikan benar adanya. Jika perlu, justru carilah orang yang mau memberikan kritik sekaligus saran kepada kita. Tokh! Tidak akan menjadi rendah dengan hal itu.

Justru sebaliknya, pendapat orang bisa jadi membuka persepsi, wawasan, maupun
paradigma baru yang mendukung goal kita ke depan. Kritik tidak perlu dibalas dengan kritik!
Tanggapi kritik dengan bijak. Kita tidak perlu merasa marah atau memasukkannya ke dalam hati. Tokh menyampaikan pendapat adalah hak semua orang. Nikmatilah apapun yang mereka sampaikan. "Tidak ada ruginya untuk ringan dalam mema'afkan seseorang." Anggaplah semua itu untuk perbaikan yang menguntungkan kita kelak.

Jangan pernah kita balas kritik dengan kritik. Karena hal ini hanya akan membuat perdebatan, menguras tenaga & pikiran. Tidak ada gunanya...Terimalah kritikan dengan senyuman. "Ini semua bisa melatih mental kita agar bisa *tegar* menghadapi ujian yang lebih hebat di kemudian hari."

Singkatnya, kita memang hanya layak dipuji jika sudah berani menerima kritikan. Meski tidak mudah, asah terus keberanian kita untuk menikmati kritik layaknya menikmati kue. Ingat, pujian dan apresiasi hanya akan datang apabila kita sudah melakukan sesuatu yang berharga. So, jangan pernah bosan untuk memburu kritik, dan tanggapilah setiap kritik dengan lapang dada!***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar